23 Apr 2013

"Kesempatan Kedua" Itu Ada

Suatu kepercayaan bahwa kesempatan itu jarang datang kedua kali, tapi ternyata kesempatan itu bisa datang untuk kedua kalinya.
Aku tidak tahu pasti gimana prosesnya, tapi aku bersyukur aja, berarti aku masih dikasih kesempatan untuk mencobanya, dan yang pasti aku lega juga karena tidak di blacklist karena kesempatan pertama tidak aku datangin.
Dan kesempatan kedua itu tidak boleh disia-siakan lagi. :)

15 Apr 2013

Refreshing Dikejar Jadwal Terakhir Angkot

Week end adalah waktunya istirahat, refreshing, dan seru-seruan. Acara weekend kemarin adalah rekreasi bersama dua temen cewek ke WBL (Wahan Bahari lamongan). Rencana itu sudah kami rancang sebulan sebelumnya.
Berangkat jam sembilan dari jombang naik Bus Widji menuju Tuban. Tiga jam perjalanan sampailah di Terminal lama Tuban, langsung oper angkot ke arah Paciran tempat nongkrongnya WBL. Setelah satu jam perjalanan ternyata angkot yang kami tumpangi tidak sampai paciran tapi dioper ke angkot lain. Berbeda dari angkot yang pertama jalannya kenceng kaya kelinci ini angkot kedua jalannya lelet kaya kura-kura. Nyari penumpang sih nyari penumpang, tapi kita lagi dikejar waktu, masa jam satu kurang masih diangkot?? Kita nanti di dalam berapa jam woyyy.....
Pukul satu siang lewat baru nyampai lokasi, phieww. Setelah sholat dan makan siang, kami baru masuk wahana pukul 2 siang. Jadi bayangin aja, ke tempat rekreasi nyampe jam 2 trus angkot terakhir kata sopir angkot yang menuju Tuban jam 4an sore. Kepalang udah jauh-jauh nyampe sana ga lanjut sampe akhir rugi banget kan ya..... akhirnya kita tetep masuk. Wahana yang aku coba bisa dihitung jari, cuma 3 wahana aja.
Dan yang paling menantang (yg aku coba aja) adalah speed flip. Sampe ada mbak-mbak yang pingsan tak berdaya abis naik wahana ini, yang musti diurut ama satpam seluruh badannya dan nafasnya tersengal-sengal. Ini gambar dari Speed Flip. Emang klo diliat dari luar biasa aja, tapi waktu udah naik, jangan tanya. I just can close my eyes. Dan saat aku ngecoba ngintip, waktu posisiku njungkir kebalik ngadep tanah, ewwww jadi ga berani buka mata lagi.



Kata temen ku itu masih belum ada apa-apanya dibanding ama Ranger. Hmm, FYI Ranger itu ibaratnya seperti Wahana Columbus, tapi kalo columbus cuma diayun-ayun dari ujung kiri ama ujung kanan, kalo Rangers ini diayun terus diputer 360 derajat, dan ada saat diujung atas dengan kepala terbalik, masin berhenti beberapa detik, bhewww liat aja aku udah kepikiran ama kesehatan jantungku, kekekekeke~.
Abis naik tiga wahana, sisa waktu sampai jam 4, kami habiskan berfoto-foto di jembatan pinggir laut sambil  ngeliat orang-orang yang naik banana boat. Refreshing dikejar jadwal angkot sungguh ga keren, karena harus cepet-cepet cabut dari lokasi yang berakibat kurang lama manikmati keindahan laut, kurang banyak nyobain wahana, ga bisa berbasah-basahan padahal udanh sedia baju ganti, dan terakhir ga bisa beli oleh-oleh *untung aja karena uang ku udah ludes* kekekekeke~. Tapi, meski terhitung singkat, rasanya udah puas deh hari kemarin, bagaimana tidak kalo perjalanan pulang disuguhin pemandangan sunset?

11 Apr 2013

Yang Menang 'Suit', Dia Yang Dapat

Sore ini ibu sedang mengikuti pengajian yang rutin diadakan di lingkungan desa, tapi aku sudah mandi kok, karena yang bertugas memandikan aku dan mas setiap sore adalah bapak. Aku sudah wangi, dan waktunya untuk main. Satu-satunya teman main ku cewek di rumah adalah Mbak Febri, setiap hari kami selalu main bersama. Aku terbilang baru mengenalnya, karena baru dua atau tiga tahun keluargaku baru pindah kamari.
Sore ini aku barmain tidak hanya dengan Mbak Febri di depan rumahnya yang rindang, ada mas, sepupuku yang bernama Adi, dan anak-anak kecil lainnya sepantaran kami.
Kemudian saat kami sedang asik bermain kejar-kejaran, datang anak cewek kearah kami. Aku mengenalinya sebagai teman mas sekolah. Siapa ya namanya? aku mengingat-ingat, memang aku tidak terlallu bagus mengingat orang. Oh ya namanya Mbak Epi, dia sedang berkunjung ke rumah neneknya yang rumahnya disekitar tempat tinggal kami, sedangkan rumah mbak epi beberapa blok dari rumah kami.
Mbak epi membawa sebuah kotah, entah kotak apa itu akujuga kurang tau, kemudian dia memamerkan pada kami kalau dia punya kotak yang harum, ajaib!. "Eh, aku punya kotak harum nih, keren kan??", ujarnya.
Sebagai anak cewek normal, aku dan Mbak Febri jadi tertarik ingin melihat seperti apa, dan yah tidak usah ditanya lagi aku juga pengen memilikinya.
Mbak Febri meminta kepada Mbak Epi, "Mbak aku mau dong".
Tak mau kalah aku juga minta, "aku juga mbak".
Karena kotak itu hanya ada satu, maka Mbak Epi dengan bijaksananya berkata, "ya udah kalian suit aja, ntar yang menang itu yang aku kasih".
Akhirnya tanpa dikomando akupun suit dengan Mbak Febri. Suit pertama seri, suit kedua aku yang menang, yay!. aku yang menag! berarti aku yang memiliki kotak wangi itu! horeee!!
mbak Epi mengulurkan kotak itu kearahku, tapi sebelum aku terima Mbak Febri merengek ke mbak epi kalau dia ingin sekali punya kotak itu. pokoknya dia ingin kotak itu. Dan ga tau kenapa, padahal yang menang suit adalah aku dan tadi mbak epi juga bilang yang menang suit dia yang dapat, tetapi kenapa? kenapa mbak epi akhirnya ngasih kotak itu ke mbak febri??
Aku benar-benar tidak paham apa yang slah disini, kenapa kotak itu tidak diberikan kepadaku tetapi mbak febri? merasa tidak adil aku pun protes, "mbak, tadi mbak bilang kalau yang menang suit dia yang mbak kasih kotak itu, kan aku tadi yang menang mbak, tapi kenapa yang dikasih mbak febri?"
dengan entengnya mbak epi menjawab, "ya emang tadi kamu yang menang, tapi ga apa ya aku kasih nya ke febri aja"
Uh apa-apaan itu? kalaupun memang kotak itu akhirnya dikasih ke Mbak Febri dan bukan ke yang menang suit seperti yang dia bilang tadi, kenapa dia menyuruh kami suit? dan kenapa dia tidak menepati janji? dan kenapa pula si febri itu merengek-rengek barang yang bukan hak dia?? Ya, kotak itu seharusnya adalah milikku, karena aku yang menang suit. Ini semua tidak adil, mengapa selalu dia yang menang, mengapa selalu dia yang jadi perhatian? apakah aku tidak layak? (gerutuku dalam hati dengan tampang sangat kecut)
kamu tahu jika sumbu mercon dibakar sumbunya maka beberapa detik kemudian akan meledak? seperti itulah emosiku saat ini melihat ketidak adilan yang sedang menderaku. Dibakar rasa emosi, tanpa sadar aku mengambil batu di tanah yang persis ada disebelah kaki kananku, dan...... *bug*. Batu itu bersarang ke kepala mbak Febri, dan sedetik kemudian dia meringis, menangis, darah mengalir di dahinya. dia berlari kedalam rumah. Semua yang ada disitu, Mbak epi, mas, adi, melongo melihat kebrutalanku. Aku masih tidak sadar kesalahan apa yang aku perbuat karena masih dilingkupi emosi. sesaat kemudian suara mas menyadarkanku, "apasih kamu ini, demi kotak sabun aja sampe nimpuk orang? kalau ibu tahu pas pulang pengajian nanti kamu pasti aka dimarahi! dan juga kamu akan dimarahi sama Bulik Dam (ibu mbak febri)".
Aku terkesiap, Jadi yang dibilang mbak epi dengan kotak keren yang berbau harum itu tidak lain adalah..... Ya ampuunnn, ko bener-bener bodoh banget sih aku bisa dikibulin kaya gitu?
Aku mulai ikut menangis bukan karena apa, tetapi karena teringat kelakuanku tadi yang menyelakai temanku, tetanggaku. Dan juga aku takut sekali jika nanti ibu marah kepadaku saat tau gadis kecilnya nimpuk kepala temannya dengan batu. Apa yang harus aku perbuat??

6 Apr 2013

Jum'at Sore

aku mau cerita perjalananku jumat sore kemarin. Dimulai dari jerawat yang selalu merecoki wajahku ga pernah mau mengalah barang sedikit pun. Akhirnya aku memutuskan pergi ke dokter specialis kulit.
Pulang dari kerja langsung cabut ke tempat prakter dokter yang direkomendasikan temenku *diatar temanku tentunya*. Ternyata saat mendaftar dapat nomor 53! It was gonna be crazy i thought, but i couln't called it though. Jadi aku tanya ke orang yang ngedaftar tamu kira-kira nomor 53 itu jam berapa, katanya sekitar abis magrib. HHmm, aku ga enak ama temenku itu karena harus ngantar aku dia harus pulang malam.
Dan ternyata giliranku itu ga abis magrib tapi jam setengah 8! it was so tiring.
Aku kira dokter itu sistem kerja nya sama kaya dokter yang pernah aku kunjungi di Malang, cuma dicek kulit wajah, trus diberi beberapa obat luar, bayar, udah.
Tapi ini ternyata beda, calon jerawat yang ada di pipiku di congkel pake alat tak taulah namanya itu, yang pasti alat itu buat facial. it was so painful T_T. I've never taken facial on salon, but if the feeling like what the doktor did to my pimple yesterday night, I would prefer never try that 'facial'.
dan yang paling menyedihkan dari semua, untuk sementara aku dilarang makan yang namanya mie instan, roti, ama telor. betapa aku sangant menyukai telor, oh nooo! T_T

4 Apr 2013

Shit Called!!!

Pernahkah kalian waktu sedang asik tidur, udah diujung dunia sadar menuju dunia mimpi, tiba-tiba ada telepon masuk dengan nomor yang tidak di kenal??
yup mungkin seperti biasa kalo ada nomor tak dikenal lebih baik di-reject ato disembur ga punya etika telpon malam-malam?? tapi bagaimana kalo telpon itu dari nomor kartu halo?? *secaraGaSemuaOrangPakeKartuHALO*
OK jadi secara naluri aku angkat tuh telpon. Tebak dari siapa?? Ternyata dari pihak management yang siangnya aku kirimin email buat apply job. girang gak?? trus dikasih tahu ada panggilan interview buat besoknya. Masih mikir-mikir juga, soalnya belum siap kalo harus besoknya, terkesan dadakan banget secara berkas-berkas ada di rumah *aku di kos tentunya*.
Dan setelah aku berdebar-debar kegirangan tapi masih belum sepenuhnya sadar efek dari terlelap tadi, dengan alasan bahwa saya masih kerja di Jombang dan asal saya dari Nganjuk yang entah menurut sang penelpon jauh dari kota Malang padahal cuman empat jam perjalanan dengan entengnya ngomong, "ya sudah mbak Popy gak jadi saya panggil saja ya, soalnya jauh".
What?? ada ya panggilan interview kaya gitu? dari bangunin orang yang lagi asiknya molor, ngasih harapan, dan dalam waktu itu juga diberhanguskan!!!
well, i just could say, "thanks for your shit called Mr. Whoever-you-were!".
Mungkin setelah kejadian ini, saat aku makan muffin dari BreadSt***y berasa ada duri yang mengganjal di tenggorokan *lebayDeh*.