Saat kecil aku tidak tahu apa bedanya teman atau sahabat. Bagiku yang sekolah di SD desa yang teman-teman ku juga satu desa bahkan sama-sama sejak TK selalu menganggap semua temanku sama saja. Kami sering main bersama-sama.
Sejak kecil aku sudah cukup tomboy karena aku selalu main dengan sepupuku cowok dan kakakku (cowok). Jadi aku selalu berlagak sebagai layaknya jagoan yang membela kebenaran. Membela kaum cewek yang teraniaya oleh kenakalan anak cowok.
Suatu hari kenaikan kelas tiga masuk anak baru dari pulau sebrang, semua anak kelasku sangat excited menyambut kedatangannya. Aku biasa saja, berlagak tidak terlalu excited, khas gayaku, tapi sebenarnya penasaran juga.
Lama kelamaan aku jadi akrab dengan si anak baru, pun sampai sekarang umurku hampir 24 akhir tahun ini aku merasa dia adalah seorang teman pertama yang begitu akrab denganku. Dia adalah orang pertama yang tahu isi surat pertamaku dari teman cowok sekelas yang bahkan aku sendiri belum baca isinya. Dia orang yang selalu dibilang mirip denganku, seperti kembar *sejak dulu aku bingung mirip darimana*. Dia adalah teman yang dulu sering aku datangin rumahnya sehabis sekolah buat main. dia juga teman yang pas malam minngu kesepian selalu iseng bersepeda berdua denganku hingga hampir masuk kota kemudian hanya untuk puter balik ke desa lagi.
Tapi hubungan pertemanan kami tidak hanya manisnya saja. I ever feel had enough for our so called friendship. Ini terjadi saat aku kelas 6, entah apa yang terjadi padaku waktu itu, sehibgga aku sangat jahat pada dia. dan sampai saat ini pun aku masih merasa bersalah saat ingat kejadian itu.
Aku masih sama-sama satu sekolah dengan dia saat SMP. setiap hari berangkat dan pulang bersama. hingga sampai SMA akhir semester satu aku harus berpisah dengannya. dia sekeluarga harus pindah ke pulau yang dulu dia tinggalkan untuk hidup di desaku selama enam tahun lebih.
aku sedih saat itu, sangat sedih. tapi seperti biasanya aku tidak bisa mengekspresikan kesedihanku sehingga yang tampak aku baik-baik saja. saat keberangkatannya pun aku tidak bisa mengantar kepergiannya karena aku saat itu sedang mengikuti camping ekatrakulikuler yang aku ikuti saat SMA.
kira-kira sudah 7 tahun kami berpisah. tapi bagiku dia adalah temanku yang paling dekat.
Sekarang diusiaku yang bisa dibilang tidak lagi muda layaknya teenager tapi juga belum bisa dibilang dewasa, jika aku ditanya apa arti sahabat bagiku, aku akan menjawab, "sahabat itu irreplaceable".
Sejak kecil aku sudah cukup tomboy karena aku selalu main dengan sepupuku cowok dan kakakku (cowok). Jadi aku selalu berlagak sebagai layaknya jagoan yang membela kebenaran. Membela kaum cewek yang teraniaya oleh kenakalan anak cowok.
Suatu hari kenaikan kelas tiga masuk anak baru dari pulau sebrang, semua anak kelasku sangat excited menyambut kedatangannya. Aku biasa saja, berlagak tidak terlalu excited, khas gayaku, tapi sebenarnya penasaran juga.
Lama kelamaan aku jadi akrab dengan si anak baru, pun sampai sekarang umurku hampir 24 akhir tahun ini aku merasa dia adalah seorang teman pertama yang begitu akrab denganku. Dia adalah orang pertama yang tahu isi surat pertamaku dari teman cowok sekelas yang bahkan aku sendiri belum baca isinya. Dia orang yang selalu dibilang mirip denganku, seperti kembar *sejak dulu aku bingung mirip darimana*. Dia adalah teman yang dulu sering aku datangin rumahnya sehabis sekolah buat main. dia juga teman yang pas malam minngu kesepian selalu iseng bersepeda berdua denganku hingga hampir masuk kota kemudian hanya untuk puter balik ke desa lagi.
Tapi hubungan pertemanan kami tidak hanya manisnya saja. I ever feel had enough for our so called friendship. Ini terjadi saat aku kelas 6, entah apa yang terjadi padaku waktu itu, sehibgga aku sangat jahat pada dia. dan sampai saat ini pun aku masih merasa bersalah saat ingat kejadian itu.
Aku masih sama-sama satu sekolah dengan dia saat SMP. setiap hari berangkat dan pulang bersama. hingga sampai SMA akhir semester satu aku harus berpisah dengannya. dia sekeluarga harus pindah ke pulau yang dulu dia tinggalkan untuk hidup di desaku selama enam tahun lebih.
aku sedih saat itu, sangat sedih. tapi seperti biasanya aku tidak bisa mengekspresikan kesedihanku sehingga yang tampak aku baik-baik saja. saat keberangkatannya pun aku tidak bisa mengantar kepergiannya karena aku saat itu sedang mengikuti camping ekatrakulikuler yang aku ikuti saat SMA.
kira-kira sudah 7 tahun kami berpisah. tapi bagiku dia adalah temanku yang paling dekat.
Sekarang diusiaku yang bisa dibilang tidak lagi muda layaknya teenager tapi juga belum bisa dibilang dewasa, jika aku ditanya apa arti sahabat bagiku, aku akan menjawab, "sahabat itu irreplaceable".