30 Sep 2013

Sahabat itu tak terganti

Saat kecil aku tidak tahu apa bedanya teman atau sahabat. Bagiku yang sekolah di SD desa yang teman-teman ku juga satu desa bahkan sama-sama sejak TK selalu menganggap semua temanku sama saja. Kami sering main bersama-sama.
Sejak kecil aku sudah cukup tomboy karena aku selalu main dengan sepupuku cowok dan kakakku (cowok). Jadi aku selalu berlagak sebagai layaknya jagoan yang membela kebenaran. Membela kaum cewek yang teraniaya oleh kenakalan anak cowok.
Suatu hari kenaikan kelas tiga masuk anak baru dari pulau sebrang, semua anak kelasku sangat excited menyambut kedatangannya. Aku biasa saja, berlagak tidak terlalu excited, khas gayaku, tapi sebenarnya penasaran juga.
Lama kelamaan aku jadi akrab dengan si anak baru, pun sampai sekarang umurku hampir 24 akhir tahun ini aku merasa dia adalah seorang teman pertama yang begitu akrab denganku. Dia adalah orang pertama yang tahu isi surat pertamaku dari teman cowok sekelas yang bahkan aku sendiri belum baca isinya. Dia orang yang selalu dibilang mirip denganku, seperti kembar *sejak dulu aku bingung mirip darimana*. Dia adalah teman yang dulu sering aku datangin rumahnya sehabis sekolah buat main. dia juga teman yang pas malam minngu kesepian selalu iseng bersepeda berdua denganku hingga hampir masuk kota kemudian hanya untuk puter balik ke desa lagi.
Tapi hubungan pertemanan kami tidak hanya manisnya saja. I ever feel had enough for our so called friendship. Ini terjadi saat aku kelas 6, entah apa yang terjadi padaku waktu itu, sehibgga aku sangat jahat pada dia. dan sampai saat ini pun aku masih merasa bersalah saat ingat kejadian itu.
Aku masih sama-sama satu sekolah dengan dia saat SMP. setiap hari berangkat dan pulang bersama. hingga sampai SMA akhir semester satu aku harus berpisah dengannya. dia sekeluarga harus pindah ke pulau yang dulu dia tinggalkan untuk hidup di desaku selama enam tahun lebih.
aku sedih saat itu, sangat sedih. tapi seperti biasanya aku tidak bisa mengekspresikan kesedihanku sehingga yang tampak aku baik-baik saja. saat keberangkatannya pun aku tidak bisa mengantar kepergiannya karena aku saat itu sedang mengikuti camping ekatrakulikuler yang aku ikuti saat SMA.
kira-kira sudah 7 tahun kami berpisah. tapi bagiku dia adalah temanku yang paling dekat.
Sekarang diusiaku yang bisa dibilang tidak lagi muda layaknya teenager tapi juga belum bisa dibilang dewasa, jika aku ditanya apa arti sahabat bagiku, aku akan menjawab, "sahabat itu irreplaceable".

26 Sep 2013

Senjata Sandal Japit

Waktu kita kecil masih ingusan tapi belum bisa ngebersihin sendiri ingus kita itu, aku yakin pasti pernah melakukan hal-hal yang tidak patut diingat. Entah itu kejadian konyol atau apalah yang kalau kita mengingatnya saja merasa nista dan berdosa.
Masa kecilku dulu aku tidak ingat pernah melakukan hal konyol, bahkan yang aku ingat adalah banyaknya kebrutalan yang telah ku lakukan. Tidak bisa aku sebutkan satu persatu.
Salah satu nya yang ingin aku tulis disini adalah kebengisanku pada adik sepupuku, lima tahun lebih kecil daripada aku.
Dulu aku sering main pasar-pasaran sama adikku itu tiap pulang sekolah, meski cowok tapi dia sangat suka main pasar-pasaran itu. Tapi beranjak besar dia menjadi nakal, yah nakal anak kecil pada umumnya lah.
Setiap sore anak-anak cowok sekitar rumahku selalu main sepak bola di halaman rumah almarhum mantan lurah yang sangat luas. Aku tiap hari juga main ke lokasi, bukan ikut main sepak bola, meski kadang juga ikut main, tapi sekedar main sepeda atau mengasah kemampuanku dalam hal panjat memanjat pagar.
Sore itu aku lupa kejadiannya bermula bagaimana, yang aku ingat sudah sangat sore, bahkan acara main sepak bola sudah selesai. Sepupuku itu menjadi sangat menyebalkan, menjengkelkan, super annoying. then we fought there.
Dulu sejak kecil aku selalu dibilang pacarnya salah satu temenku cowok sekelas. Aku paling benci saat ada yang bilang ke aku gt. gimana gak, aku bahkan ga tau pacar itu makanan kayak apa dan sensasi rasanya bagaimana tapi mereka seenak jidadnya sendiri ngatai aku kaya gitu. Nah sepupuku itu mulailah bilang kalo aku pacar si doi, dengan sangat menyebalkan dan diulang-ulang.
Tak sanggup dengar kata itu lagi dan tak sanggup menahan emosi, aku ngancam seupuku itu sambil tangan kananku megangin sebelah sandal japitku, "sekali lagi kamu ngomong gitu lagi, aku timpuk mulut kamu pakai sandal ini!".
Aku ga berniat nimpuk mulutnya beneran pakai sandal karena aku hanya bermaksud menggertak saja. Dan berharap dia akan jera. Tapi diluar yang aku harapkan, dia punya nyali juga mengulangi-katanya barusan.
Karena emosi dan ingin memberi pelajaran pada sepupuku itu, dan aku tidak ingin wibawaku sebagai yang tua diinjak-injak karena ga berani nglakuin ancamanku tadi, aku mendaratkan sandal japit yang aku ancungkan itu ke mulutnya. Aku yakin kalau aku tidak keras saat nimpuk dia pakai sandal. Tapi, dia langsung mewek, keras lho. Berlari pulang menuju ibunya. Aku bengong, bingung apa yang telah aku lakukan. Aku baru menyadari baru saja nimpuk mulut anak orang pake sandal japit yang kotor. Aku jadi takut, nyaliku ciut membayangkan kalau dimarahi tanteku itu saat pulang.

18 Sep 2013

Petir di Siang Bolong

Mulai minggu ini aku resmi menerima job desc baru dan aku berpartner dengan salah satu anak inventory bernama Mbak D.
Aku sebenarnya senang-senang aja dikasih kerjaan baru, tapi yang bikin nyesek adalah orang yang nraining kami.
Bukannya gimana ya, suaranya itu lho ibarat kata kalo Mrs itu ngomong orang bolot pun langsung denger.
Pagi ini dimulai lah teriakan-teriakannya pada pemborong, aku memang belum terbiasa mendengar teriakannya karena aku tergolong baru kerja disitu.
 ternyata suara bak petir di siang bolong itu tidak berhenti disitu, partner baru ku yang sudah 3 tahun kerja disitu menerina salah satu sambarannya.
 semula aku tidak menyadari paska moment menegangkan itu, kemudian aku tersadar kalo Mbak D menangis. Oh no, aku ga tahu apa yang harus aku lakukan. truthfully, aku bukan orang yang bisa dengan mudah menghibur orang lain. jadi yang aku lakukan hanyalah memberi dia dua lembar tissue itu pun aku ambil dari meja managerku dan membiarkan dia menangis sepuasnya dan menenangkan diri.
Setelah jam kerja berakhir, kami belum pulang karena masih ada kerjaan yang belum selesai. kemudian ada telepon masuk, yang ngangkat Mbak D. Mbak D menutup telepon dan berkata padaku, "Dek, kita disuruh lembur soalnya masih dibelikan makan siang".
 dengan bercanda aku menjawab, "mungkin dia merasa bersalah mbak tadi ngebuat pean nangis".
 Well, the point is, we don't mind if we must work over time, that's our responsibility if our job hasn't done yet. tapi seenggaknya bisa kan ga teriak-teriak kaya petir di siang bolong jadi kita kerja juga enak.
Di kantor kami tidak menyentuh sedikit pun makanan tadi, tapi waktu tiba di kost ternyata perut kerucuk-kerucuk minta asupan gizi soalnya belum sarapan, ya sudah disikat aja akhirnya.