26 Sep 2013

Senjata Sandal Japit

Waktu kita kecil masih ingusan tapi belum bisa ngebersihin sendiri ingus kita itu, aku yakin pasti pernah melakukan hal-hal yang tidak patut diingat. Entah itu kejadian konyol atau apalah yang kalau kita mengingatnya saja merasa nista dan berdosa.
Masa kecilku dulu aku tidak ingat pernah melakukan hal konyol, bahkan yang aku ingat adalah banyaknya kebrutalan yang telah ku lakukan. Tidak bisa aku sebutkan satu persatu.
Salah satu nya yang ingin aku tulis disini adalah kebengisanku pada adik sepupuku, lima tahun lebih kecil daripada aku.
Dulu aku sering main pasar-pasaran sama adikku itu tiap pulang sekolah, meski cowok tapi dia sangat suka main pasar-pasaran itu. Tapi beranjak besar dia menjadi nakal, yah nakal anak kecil pada umumnya lah.
Setiap sore anak-anak cowok sekitar rumahku selalu main sepak bola di halaman rumah almarhum mantan lurah yang sangat luas. Aku tiap hari juga main ke lokasi, bukan ikut main sepak bola, meski kadang juga ikut main, tapi sekedar main sepeda atau mengasah kemampuanku dalam hal panjat memanjat pagar.
Sore itu aku lupa kejadiannya bermula bagaimana, yang aku ingat sudah sangat sore, bahkan acara main sepak bola sudah selesai. Sepupuku itu menjadi sangat menyebalkan, menjengkelkan, super annoying. then we fought there.
Dulu sejak kecil aku selalu dibilang pacarnya salah satu temenku cowok sekelas. Aku paling benci saat ada yang bilang ke aku gt. gimana gak, aku bahkan ga tau pacar itu makanan kayak apa dan sensasi rasanya bagaimana tapi mereka seenak jidadnya sendiri ngatai aku kaya gitu. Nah sepupuku itu mulailah bilang kalo aku pacar si doi, dengan sangat menyebalkan dan diulang-ulang.
Tak sanggup dengar kata itu lagi dan tak sanggup menahan emosi, aku ngancam seupuku itu sambil tangan kananku megangin sebelah sandal japitku, "sekali lagi kamu ngomong gitu lagi, aku timpuk mulut kamu pakai sandal ini!".
Aku ga berniat nimpuk mulutnya beneran pakai sandal karena aku hanya bermaksud menggertak saja. Dan berharap dia akan jera. Tapi diluar yang aku harapkan, dia punya nyali juga mengulangi-katanya barusan.
Karena emosi dan ingin memberi pelajaran pada sepupuku itu, dan aku tidak ingin wibawaku sebagai yang tua diinjak-injak karena ga berani nglakuin ancamanku tadi, aku mendaratkan sandal japit yang aku ancungkan itu ke mulutnya. Aku yakin kalau aku tidak keras saat nimpuk dia pakai sandal. Tapi, dia langsung mewek, keras lho. Berlari pulang menuju ibunya. Aku bengong, bingung apa yang telah aku lakukan. Aku baru menyadari baru saja nimpuk mulut anak orang pake sandal japit yang kotor. Aku jadi takut, nyaliku ciut membayangkan kalau dimarahi tanteku itu saat pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar