2 Okt 2013

Akhirnya Terbebas Juga Dari Auman Maut

Pagi ini Mbak Di dipanggil sang empu untuk menghadap karena ada beberapa laporan yang tidak sama dengan data.
Sekembalinya Mbak Di ke ruangan, dia mengoreksinya. Dan benar saja kita memang membuat kesalahan, koreksi : aku yang membuat kesalahan. Aku sama Mbak Di sudah resah dan gelisah katena kami takut menghadap si empu dan mendapatkan aumannya dengan sukarela.
Bagaimana tidak, aumannya itu bagaikan auman singa betina yang kelaparan. Memikirkannya saja keringat dingin merembes keluar dari pori-pori tengkukku.
Kami benar-benar tidak punya nyali, tapi kami tahu kami harus menghadapinya. Jam sebelas tepat, kami tahu sebentar lagi kalau kami tidak datang, si empu akan datang karena jam sebelas adalah jadwal berkumpul para pekerja untuk melaporkan jumlah pekerja borongan yang datang hari kemarin. Kami tahu kami akan segera menyambut bola itu.
Dimulai dengan aumannya kepada salah satu bapak pekerja lapangan, mendengarnya saja aku sudah mengekret, jantung jumpalitan, dan dan telinga langsung pekak rasanya.
I told one of my friend that i would face mak Empu's anger and madness, and I didn't know how to dealt with her. Dan temanku itu bilang I must face it.
Oh, betapa tubuhku sudah panas dingin. Kemudian Mbak Di bicara padanya dan bilang kalau ada tambahan data tapi belum di copy di file Report. Aku sudah bersiap-siap, sambil berdo'a dalam hati semoga kami bisa melewatinya tanpa lecet-lecet sedikit pun, lecet hati dan mental.
Fortunately, we made it. Oh, god bless us. kami bener-bener sukses terbebas dari amukannya. Memang doa orang yang teraniaya itu dikabulkan sepertinya benar adanya, hihihihihi.
Tapi kejadian hari ini memberi satu pelajaran yang patut diingat, bahwa lain kali harus sangat teliti. Ini tidak boleh terulang lagi. Karena jika sampai terulang lagi kami tidak akan tahu apakah nasibkami selanjutnya masih seberuntung ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar